Aku tidak tahu apa yang harus aku ungkapkan tentang perasaanku
saat ini. Aku tidak tahu bagaimana caranya Menjelaskan atau bahkan hanya
sekadar berbagi dan bercerita tentang apa yang aku rasa terhadap sekelilingku.
Yang aku tau rasanya begitu sakit dan hampa saat mengetahui perasaanmu
terhadapku saat ini.
Aku tidak tahu bagaimana bisa tubuhku yang berada di kelasnya
pak Gio, mataku menatap ke LCD Proyektor yang menyala begitu cerah, suara anak
anak sekelas yang tertawa riuh saat menonton film yang diputar, terasa begitu
hambar dan kosong di mata dan telingaku. Aku tidak tahu apa diriku masih berada
di sana sekarang. Yang aku tahu pikiran dan anganku sedang terbang jauh di masa
lalu. Masa yang menarikku pada sejuta kenangan indah yang membuatku untuk ingin
tetap tinggal di dalamnya. Masa yang membuatku sadar bahwa dunia waktu berputar
begitu cepat, terlalu cepat, tanpa bisa aku prediksi bahwa kenangan itu
berakhir tanpa memberi aku kesempatan untuk menampungnya dalam wadah yang
besar. Pikiranku melambung dan tenggelam dalam masa silam yang membuatku muak,
muak karena aku sadari , aku, dan juga kamu ternyata sama-sama terjebak di
dalamnya, kita terlalu menikmati masa itu, dan tanpa kita sadari masa itu lah
yang membunuh kita secara perlahan tentang apa yang sudah kita perjuangkan
untuk masa depan.
Kamu. Ya kamu yang sudah memberikan warna indah di masa itu.
Kamu yang memulai mengajakku untuk keluar dari masa-masa itu, keluar dan
menghadapi dunia baru. Dunia yang pada awalnya begitu indah dan jauh lebih
indah dari masa itu. Namun tiba-tiba kita sampai pada suatu titik yang
menyadarkan bahwa kita begitu melangkah terlalu jauh dari masa itu. Dan ketika
kamu membawa begitu jauh perasaan, bahkan hatiku ke dunia baru, kamu tunjukkan
kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan yang selama ini tertutup fatamorgana.
Kenyataan yang sangat menyakitkan. Kenyataan yang memaksa kita untuk terhempas
dalam benak masa lalu, tapi tak mungkin untuk kembali ke sana karena kita sudah
melangkah terlalu jauh. Kamu menginginkan untuk kembali dan aku menginginkan
untuk terus melangkah ke depan apapun rintangan yang akan aku hadapi nanti.
Aku tersadar saat tepukan seorang teman mendarat di pundakku,
dan mengatakan bahwa pelajaran Pak Gio sudah selesai. Satu jam berlalu, dan
dimana aku selama satu jam itu ?Aku merasa begitu kosong sejak membaca sms
darimu, sebuah pesan singkat yang mampu melumpuhkan segala urat saraf di
tubuhku, bahkan mematikan seluruh membran sel yang bekerja di otakku. Sebuah
pesan yang menyatakan bahwa kamu, kamu yang memulai mengajakku ke dalam
hubungan yang rumit ini, tiba tiba mengajakku kembali ke masa ketika kita
menjadi sepasang sahabat yang bisa tertawa lepas tanpa sebuah masalah yang
diributkan. Hey kamu anggap apa hatiku ini? Aku yang mengagumimu sejak empat
tahun lalu, aku yang hanya bisa menjadi pengagum rahasia karena semua rasa itu
harus tertahan dengan sebuah dinding pertemanan, lalu kamu menghilang dalam
waktu yang cukup lama, membawa semua perasaanku itu. Tanpa sengaja Tuhan
mempertemukan kita kembali, mungkin bukan tanpa sengaja melainkan sebagai
takdir. Kamu datang lagi di hidupku, mengatakan kamu mencintaiku bahkan sejak 4
tahun yang lalu, saat yang sama denganku jatuh cinta denganmu. Kamu mengenalkan
aku pada cinta yang indah, kamu buat rasa yang dulu aku buang jauh kembali lagi
bahkan dengan intensitas yang jauh lebih besar. Dan tiba tiba kamu menjauh
dariku, lalu kamu bilang ingin kembali saja ke masa masa ketika kita menjadi
sahabat dulu.
Aku punya hati. Aku hanya wanita biasa yang tidak sekuat dan
setegar dirimu. Aku sakit. Sangat sakit ketika kamu tarik ulur perasaanku.
Kamu ingat 4 tahun lalu saat kita bertemu di depan gerbang
sekolah, sepulang aku olahraga, kamu tersenyum begitu manis dan aku membalasnya
dengan penuh perasaan yang sulit aku artikan. Sejak saat itu, aku sering
memperhatikanmu diam diam ketika kamu melatih di lapangan, aku memperhatikanmu
dari segala sudut, dari koridor Dekat masjid, koridor dekat ruang empat, ketika
aku belajar di ruangan itu dan memperhatikanmu dari balik jendela, aku bahkan
rela meninggalkan buku buku yang sedang ku baca, dan memilih memperhatikanmu
dari balik dinding depan perpus. Kamu
ingat bagaimana kamu menjauhiku hanya karena kesalahan kecil yang aku lakukan.
Kamu ingat bagaimana secara tidak sengaja kita dipertemukan kembali dalam waktu
dan tempat yang menurutku ajaib, lapangan bola dekat kuburan itu, sampai
sekarang aku tidak mengerti bagaimana bisa kita berada di tempat dan waktu yang
sama tanpa pernah dipikirkan apalagi direncanakan.
Kamu tau itu?
Kamu mungkin tidak tahu bagaimana aku mengagumimu.
Kamu juga bahkan tidak tahu bagaimana cinta itu tumbuh semakin
dalam sejak kamu menjadi kekasihku.
Sejak saat itu aku menjadi seperti orang gila, aku menulis
tentangmu hampir setiap hari, aku yang sering kali tersenyum dan tertawa setiap
mendapat pesan darimu, atau bahkan hanya sekadar membayangkanmu.
Aku selalu berusaha untuk menjadi seperti yang kamu mau, kamu
tahu aku adalah orang yang sangat keras kepala dan egois, tapi demi kamu aku
rela mati matian belajar mengalahkan semua itu. Aku rela melawan semua rasa
malu dan gengsi hanya untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu. Kamu tau untuk
mengatakannya aku mengumpulkan segala keberanian untuk menentang sifat
pemaluku. Sejak saat itu aku selalu menomorduakan memikirkan diriku sendiri dan
lebih memikirkanmu. Kamu bukan yang pertama ku cinta dan menjadi pacarku, tapi
apa kamu tau, kamu adalah pria pertama yang aku harapkan bisa aku cintai dan
mencintaiku waktu itu, tapi takdir berkata lain dan membuatku harus bertemu
dengan beberapa orang yang salah hingga akhirnya harapan itu terwujud. Tapi
hingga detik ini aku tak pernah mencintai orang lain seperti aku mencintaimu.
Aku tahu dan sangat kusadari, aku sering mengecewakanmu. Aku
bahkan tidak seperti mereka yang terang terangan menunjukkan padamu
kekagumannya padamu. Aku hanya menyimpannya. Aku tidak memiliki keberanian
sebesar itu untuk menunjukkannya padamu. Aku bodoh. Aku lemah. Ya memang
seperti itu aku. Namun perlu kamu tau tidak ada seujung kuku pun momen yang aku
lupakan ketika bersamamu. Bahkan aku ingat setiap ucapan yang kamu ucapkan
padaku. Aku memang lemah, tapi memoriku cukup kuat dan hebat untuk merekamnya.
Kamu tau bagaimana khawatir dan paniknya aku, ketika kamu
kembali menjauhiku dalam waktu yang cukup lama. Lima minggu berbanding satu
tahun itu sangat berbeda. Dulu hampir satu tahun kamu menjauh dan menghilang
tanpa kabar, aku masih kuat dan menerima, karena aku bukan siapa siapa. Tapi
dalam waktu lima minggu kamu bersikap cuek dan acuh terhadapku itu benar benar
membuatku sakit, tidak semalampun aku lewatkan untuk berdoa agar Tuhan mau
menyampaikan rasa itu ke padamu.
Kamu salah jika berpikir aku tidak perduli terhadapmu dan sibuk
dengan duniaku sendiri, mungkin caraku yang salah untuk menunjukkannya. Dalam
kondisi badan yang begitu lemah, aku bangun dari tidurku, tak kupedulikan lagi
obat-obatan yang mungkin baru bekerja di dalam tubuhku, dalam panasnya siang
yang terik aku berjalan dengan penuh harapan dan senyuman, bahwa sebentar lagi
aku akan bertemu dan melihat senyummu. Keringat mengucur di badanku, antara
rasa sakit, panas matahari, dan kekhawatiran apa kamu akan menerima dengan baik
kedatanganku. Kamu tau untuk mengetuk pintu rumahmu saja aku harus menarik
nafas berkali kali untuk meredakan rasa pemalu dan takutku. Kamu tau bagaimana
aku ingin menangis ketika kamu menyalahkan aku seperti anak kecil yang sangat
nakal, bagaimana sedihnya aku ketika kamu tega mengatakan itu terhadapku. Kamu
menghakimiku layaknya seseorang yang paling salah. Dan aku hanya bisa berkali
kali mengatakan maaf. Mungkin saat itu kamu tidak melihat semua itu. Karena aku
menyembunyikannya rapih dibalik kenaifanku untuk terlihat tetap tegar dan baik
baik saja.
Dan malam ini, aku kembali menjadi seperti orang gila yang
berjalan sendirian tanpa tau arah, berjalan hanya mengikuti kata hati dalam
kegelapan malam. Tak lagi kupedulikan rasa dahaga yang mencekat tenggorokan,
rasa lapar yang mencabik cabik perutku, atau rasa letih yang seharian ini
menempel erat di tubuhku. Yang aku tau tubuh ini terasa begitu lemas dan mati
rasa di tengah udara dinginnya malam. Sama seperti hatiku yang mati rasa dan
begitu kosong. Sejak kembali kamu mengatakan secara tidak langsung bahwa kamu
ingin mengakhiri semua ini kembali menjadi seperti dulu. Dan mungkin sampai
sejauh ini kamu membaca, kamu menertawakan kebodohanku , atau berbangga hati
mungkin.
Aku tidak tahu apa yang salah pada diriku, pada keadaan ini, dan
pada cintaku untukmu yang mungkin tidak sesuai porsinya. Tapi jika aku diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk memilih, akupun tidak ingin seperti ini. Aku tidak
ingin membuatmu pusing karena tingkahku. Aku tidak ingin merasakan cinta yang
membuatku merasa buta. Aku tidak ingin melangkah dan memiliki rasa sejauh ini.
Aku tidak ingin memulai jika harus
mengakhiri. Aku tidak ingin menjadi orang yang paling salah dan disalahkan.
Dan mungkin sudah sebaiknya aku pergi. Pergi dari kehidupanmu
yang tenang. Mungkin akan jauh lebih baik untukmu tanpa aku di sisimu. Raih
kebahagiaanmu, dengan begitu aku akan ikut bahagia untukmu.
Aku menulis ini dengan sadar sesadar sadarnya. Aku letih
berjuang untuk menjadi seperti yang kamu idamkan. Aku hanya makhluk lemah yang
tidak memiliki kelebihan apa apa. Dan oleh karena itu, aku ikhlas jika kamu
menemukan kebahagiaan yang lain, yang mungkin tidak kamu dapatkan selama
denganku.
Trimakasih sudah memberi warna dalam hidupku yang hambar.
Mungkin saat kamu membaca ini, semua keadaan sudah berubah.
Seperti yang kamu mau. Tanpa aku.
Ijinkan aku untuk sekali lagi mengucapkan mungkin untuk yang
terakhir, "Tak ada yang mencintaimu seperti aku mencintaimu",
bella-edward breakingdawnpart2.
0 komentar:
Posting Komentar