Aku
ingin menangis, sekeras-kerasnya agar kamu tahu bagaimana rapuhnya aku saat
ini. Aku ingin menangis saat aku bisa tertawa begitu lepas bersama
teman-temanku dan terlintas bayanganmu,senyummu,dan semua tentangmu. Tentang
kamu yang tak lagi seperti dulu. Aku tidak tahu mengapa begitu sulit mengusir
semua tentangmu dari ingatanku, aku tidak tahu atau karena tidak ingin. Aku
tidak bisa melakukannya karena sebuah status yang sangat menggangguku. Kamu
adalah kekasihku. Tapi kamu seperti
orang asing dalam hidupku. Dimana kamu saat aku kesepian, saat aku
begitu lelah dan merasa seluruh tubuhku remuk, saat itu aku hanya ingin kamu
mengingatku, hanya sekedar mengingat bahwa aku di sini membutuhkanmu, merindukanmu,
dan sangat mengharapkan kehadiranmu.
Aku
tidak pernah menuntutmu untuk selalu ada di setiap hariku, tapi apa salah jika
aku berharap kamu mau perduli dengan keadaanku, peduli bahwa aku juga butuh
kamu di sini untuk membuatku kuat menghadapi kejamnya hidup. Kamu selalu
menyalahkan aku atas kondisi ini, kamu selalu mengatakan aku yang membuat semua
keadaan ini menjadi begitu buruk, tapi apa pernah kamu menyadari apa kamu
pernah mencoba untuk memperbaiki? Mencoba untuk peka terhadap keadaanku ? Apa
kamu pernah sedetik saja mengingat perjuanganku untuk memperbaiki hubungan
kita? Apa kamu pernah membayangkan bagaimana rasanya ketika kamu berada di
tengah keramaian tapi kamu merasa begitu sepi? Bagaimana kamu menjadi orang
paling munafik, munafik karena selalu berpura-pura tegar dibalik wajah tegas,
tapi saat gelap dan suara jangkrik menyatu kamu begitu lemah dan seluruh
tubuhmu merasa melebur, melebur melawan hati yang patah. Apa pernah sedikit
saja kamu membuka hatimu untuk mengerti seperti apa aku ?
Kamu tahu bagaimana rasanya, ketika membuka mata hal
yang pertama kali kamu inginkan
saat bangun adalah mendapatkan pesan atau ucapan selamat pagi, atau sebuah kata
kata penyemangat. Aku tidak mengharapkan setangkai bunga menanti di depan
mataku saat membuka mata, atau sebuah cake berbentuk love dengan kata-kata
romantis di dalamnya, aku hanya berharap ada sebuah pesan ucapan selamat pagi
di ponselku.Namun
lagi lagi yang aku temukan hanya sebuah layar kosong atau sebuah ucapan yang
menuntutku untuk bertanggung jawab dengan tugasku. Kamu tahu seharian itu aku
menunggu, menunggu saat pagi berlalu akan ada ucapan selamat siang dan begitu
hingga malam aku menunggu,bahkan hingga pagi dan malam silih berganti aku tetap
menunggu,dan lagi lagi harapanku pupus. Mungkin
memang benar apa kata mereka, aku bodoh. Bodoh karena aku mencintai orang yang
hatinya bukan untukku. Aku
menyia-nyiakan banyak orang yang mencintaiku hanya untuk mempertahankan orang
yang justru mengabaikanku.
Kamu
tahu bagaimana rasanya ketika kamu melihat sepasang kekasih yang bermesraan
begitu hangat, lalu kamu tersenyum dan refleks mengetik pesan 'hay apa kabar?'
untuk orang yang ada dalam pikiranmu, lalu sedetik setelah pesan terkirim
wajahmu menunduk lesu, menyadari betapa bodohnya kamu karena orang yang kamu
kirimkan pesan tak akan mungkin membalas pesanmu, mungkin melihatnya saja sudah
suatu keajaiban. Kamu
tahu bagaimana rasanya setelah itu menunggu dengan cemas setiap ada pesan
masuk, dan berkali kali kecewa karena itu bukan dari orang yang kamu harapkan.
Aku
tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk mempertahankan hubungan yang sudah
berkali kali membuatku merasa begitu tak berarti di matamu.
Aku
lelah. Sangat lelah menghadapi kenyataan kamu mengabaikanku. Menghadapi kamu
yang tak pernah memikirkanku dan asyik dengan duniamu sendiri.
Mungkin
seharusnya aku sadar ketika kamu mengatakan jenuh denganku itu adalah sebuah
kode untukku pergi dari hidupmu. Ya mungkin aku terlalu bodoh untuk memahami
kode itu. Mungkin
sudah seharusnya aku berhenti. Berhenti untuk berjuang. Karena aku merasa
begitu bodoh memperjuangkanmu yang sudah jelas menganggapku prioritas ke sekian
dalam hidupmu. Aku
mohon jangan beri aku harapan palsu lagi. Terserah setelah ini kamu mau
berpikiran apa tentangku, kamu mau menganggapku seperti apa, aku tidak harus
memperdulikannya bukan?